Cynthia Elisabeth's Personal Blog♪✿

Saya dari SMA sudah mencoba menggunakan softlens. Bukan untuk pemakaian sehari-hari sih, lebih ke arah kalau ada event macem kondangan atau pesta yang butuh penampilan lebih wow. Nah, pengalaman saya pake softlens ini gak pernah bagus-bagus amat sih. Mata saya yang sangat sensitif ini gak bisa berlama-lama pakai softlens. Makanya saya suka heran sama orang yang bisa seharian dan bahkan pas tidur softlens tetap dipakai. Wah, kalau di saya mah, pasti langsung iritasi parah! Pernah pengalaman mata saya sakiiiit banget sampai ke titik kalau buka mata jadi sakit parah. 

Tapi pada dasarnya saya ini orangnya keras kepala dan suka coba hal baru, saya gak lantas menyerah untuk menggunakan softlens. Saya mencari di Google softlens apa yang bagus untuk mata sensitif. Dan pilihan yang dihadapkan ke saya adalah "Bausch & Lomb Softlens Daily Disposable (with hilafilcon). Well, sebenarnya ada pilihan Acuvue tapi karena harga si Bausch & Lomb ini sepertinya lebih affordable, saya memutuskan untuk mencoba softlens ini saja.

Softlens ini diklaim bagus bahkan untuk mata sensitif sekalipun karena mengandung teknologi "ComfortMoist" dan aman untuk dipakai satu harian. Note first, ini adalah softlens disposable, which means kamu cuma bisa pakai untuk satu hari saja. Dan warna softlens ini adalah bening alias tidak berwarna. Sangat cocok untuk dipakai untuk pemakaian sehari-hari dan gak mencolok.

Oke, jadi ini penampakan softlens Bausch & Lomb yang saya beli dari marketplace Shopee tepatnya di My Optik. Tinggal cari saja, beli, bayar, dan terima pesanannya deh! Harganya Rp 78.000 untuk 10 softlens, INGAT YA HANYA 10 softlens berarti ada 5 pasang, dan berarti.... untuk 5 hari. Terserah sih, kalau satu pasangnya mau dipakai untuk 2 hari, tapi saya gak sarankan ya.

Maaf banget saya lupa fotoin softlens yang ada di dalamnya. Tapi saya rasa sih, difoto pun masih susah dilihat karena bening banget, hampir gak kelihatan. Gak perlu bingung ya kalau mau pake softlens ini, yang mana yang kanan atau yang kiri. Pokoknya comot aja satu untuk kiri dan satu lagi untuk kanan. Sesuka hati deh.

Softlens ini gampang banget dipasang ke mata saya. Dengan bentuknya yang lentur banget jadi mudah untuk dipasang dan dicopot. Saya pakai seharian juga nyaman (seharian versi saya adalah sebelum berangkat ke kantor dan sesampainya di rumah sekitar jam 7 malam) dan gak pedih. Tapi saya gak pakai tiap hari juga ya, saya selang-seling pakainya, jadi satu hari pakai dan besoknya enggak lanjut lagi lusa pakai lagi. 

Penting juga bagi pengguna softlens untuk pakai obat tetes mata yang dibuat khusus untuk pengguna softlens. Saya pakai yang merek Refresh Contacts. Bisa beli di marketplace Shopee juga, saya beli harganya Rp 53.000. Ini saya gunakan tiap 4 jam sekali.

Ini hasilnya pas saya pakai. Jangan berharap efeknya bikin baby eyes yaa, karena ini diameternya cuma 14,2 mm dan lagi warnanya bening. Teman-teman kantor saya aja sampai gak nyadar saya pakai softlens karena ya emang gak keliatan sama sekali.

Final verdict, softlens ini enak banget dipakai dan sepertinya akan terus saya stock di rumah untuk pemakaian sehari-hari. Dan gak perlu repot bersihin ya, karena habis copot tinggal dibuang saja. Mungkin emang harganya mahal, dan dipakai sekali buang, tapi jujur untuk hal yang berhubungan langsung dengan mata saya gak berani pakai yang aneh-aneh, tetap kenyamanan nomor satu buat saya.

Yang tanya beli softlensnya dimana bisa klik disini yaa dan untuk cairan obat tetes mata bisa beli disini.

Lanjutan dari post sebelumnya, saya ingin sharing tentang pengalaman saya ikut tes dengan posisi Management Trainee di VIVO Mobile Indonesia, tahun 2017 yang lalu.

Jujur, saya salah satu dari fresh graduate yang menginginkan posisi Management Trainee (MT) sebagai first job saya. Kenapa? Karena yang saya browsing di internet itu posisi MT ini kita dapat belajar terlebih dahulu tentang departemen-departemen yang ada di perusahaan tempat kita bekerja. Tidak hanya ditempatkan di marketing, tetapi bisa juga ditempatkan di sales, finance, factory, dsb. Saya yang cepat bosan ini sangat tertarik dengan ide bisa belajar banyak, tidak stuck di suatu divisi saja. Ditambah lagi, saya tidak akan sendiri melainkan bersama-sama dengan rekan MT yang bisa dikatakan seumuran dan sepemikiran (kalau tidak yah mungkin seprinsip) dan tentu saja pekerjaan tidak terasa melelahkan jika punya teman yang bisa diajak berbincang. Put aside salary and benefit, nothing excites me more than rumours have it that MT can accelerate our career faster.

Oke, balik lagi. Saat itu saya sedang berada di kantor ayah saya, dimana saya bekerja untuk sementara sembari menunggu panggilan kerja dari perusahaan lain. Di siang hari saya mendapat panggilan telepon dari VIVO Mobile Indonesia untuk menawarkan saya mengikuti tes pada hari Sabtu di minggu itu juga. Saya sempat mengernyitkan dahi, gak biasanya perusahaan mengundang untuk tes pada hari selain hari kerja. Okelah, saya mengiyakan, toh hari Sabtu saya tidak ada kerjaan juga.

Jadi saya datang ke sebuah hotel bilangan Mampang dimana tes diadakan. Jujur saya juga heran sih, kan biasanya kalau tes itu ya di head office ya. Ini malah di hotel. Tapi saya gak mau ambil pusing, mungkin untuk memudahkan peserta tes kali ya. Untung pas saya kesana perginya belum macet, kalau enggak mungkin saya udah gak minat duluan, mengingat Mampang macetnya amburadul :D

Kemudian sesampainya di hotel tersebut saya segera menuju ke ruangan yang disediakan untuk mengikuti tes. Antrian untuk daftar ulang peserta sudah mengular. Ajegile, banyak aja ini peserta MT. Eh ternyata ini tes massal, jadi ada juga yang mendaftar untuk posisi lain seperti payroll, finance, dsb. Yasalam, pantes rame banget.  Ada kali jumlahnya ratusan. Kesan pertama saya, kok gak prestis begini ya? Bayangan saya kalau ikut tes kerja kan, harusnya eksklusif dan private ya untuk memberikan kesan bahwa perusahaan itu gak main-main dalam memilih karyawannya. Eh, atau emang feeling saya aja kali. Hehehe.

Pertama kali kami disuguhkan tentang perusahaan VIVO Mobile Indonesia. Trus job description tiap posisi. Nah ini lagi yang bikin saya tambah bingung, dimana-mana kan, kalau jadi MT itu biasanya dirotasi dari manajemen perusahaan dan dilihat dari potensi kita, lah kalau ini kita bisa apply posisi yang kita mau dong. Hah, enak banget dong kayak gitu! 

Selesai dari penjelasan, kami diarahkan untuk mengikuti FGD. Saya menunggu selama puluhan menit hingga giliran saya tiba untuk diarahkan ke kelompok berisi 7-8 peserta lainnya. Kita disuruh mengenalkan diri menggunakan bahasa Inggris dan kami ditanyakan oleh panitia apakah ada yang bisa berbahasa Mandarin. None, gak ada satupun. Oke, lanjut. Kami diberikan topik tentang keuangan perusahaan yang sudah menipis, apakah lebih baik diberikan untuk mensejahterakan karyawannya dengan membayarkan BPJS mereka atau untuk membangun prasarana kantor demi menunjang customer service dan pelayanan ke customer. 

Saya sih ngeliatnya kok topiknya gampang bener yak. Tapi yang namanya FGD, perlu diperhatikan, penilaian tentang kita gak dinilai dari jawaban sepenuhnya, tetapi bagaimana caranya menyampaikan pendapat dan apakah kalau kita berbicara orang lain serius mendengarkan. Balik lagi ke leadership and communication skill sih, kalau boleh dibilang. Saran saya, jangan terlalu aktif dan dominan kalau berada di FGD, tapi ya jangan kebanyakan diem juga. Support pendapat teman-teman yang berada di FGD dengan kata positif, tetapi jika pendapat kamu beda dengan yang lain yowis monggo. Macem saya, saya memilih untuk mensejahterakan karyawan. Dengan opini saya yang berbeda, teman-teman di kelompok FGD heran dan alhasil mereka serius ngedengerin alasan saya. Emang apa alasannya? Tebak aja ndiri :P Namun karena hasil yang tidak imbang, kelompok saya memilih untuk membawakan jawaban yang kedua. Itu saya yang mempresentasikan ke penilainya.

Terus, saya lanjut gak ke tahap berikutnya? Lanjut dong, yang lolos cuma saya dan satu orang cowok yang kayaknya lebih tua setahun dari saya. Hahaha yes, padahal ada cewek di kelompok FGD saya yang jawabannya panjang dan terlihat meyakinkan banget. Ya tapi mungkin emang takdir berkata lain. Lanjut, kami berdua diberikan kertas untuk mengikuti tes, ya tes umum kayaknya tes psikologi dan kemampuan dasar. Gak terlalu susah lah. Kemudian selesai itu kami diberikan makan siang, setelah makan siang akan dilanjutkan dengan interview user. Saya memilih untuk masuk ke posisi branding, jadi saya dihadapkan untuk interview dengan brand manajernya deh, seinget saya. Daaan saya juga lupaaa isi interview apa saja. Habisnya gak menarik sih XD 

Habis interview, saya sempatkan mengobrol dengan teman kuliah saya yang juga ikut tes tersebut. Ada juga berkenalan dengan peserta lainnya, perempuan yang kuliah di Malaysia. Dia sampe bela-belain nginep di hotel loh, karena takut terlambat. Wah, dedikasi tingkat tinggi nih... haha. Sambil mengobrol, sebenarnya saya juga menunggu kepastian apakah ada tahap berikutnya. Namun akhirnya panitia mengatakan bahwa saya akan dihubungi satu minggu lagi. Ya sudah, saya pulang saja deh. Mana mahal lagi itu biaya parkir, lah wong di hotel, di Jakarta lagi. 

Tetapi satu minggu berlalu. Dua minggu berlalu. Satu bulan berlalu. Saya gak dipanggil juga. Hah, ya udahlah, saya belum beruntung. Toh saya juga gak expect too much. Masih ada kesempatan yang lebih baik untuk diberikan kepada saya berarti. 

Nah semoga sharing pengalaman saya berguna yaa!

Ngeliat adik tingkat saya di kampus baru pada selesai sidang, saya jadi ingat setahun lebih yang lalu, betapa galaunya saya saat itu yang habis sidang. Bukan karena revisi, bukan karena kebaya wisuda apa yang mau saya pake. Tetapi tentang mencari pekerjaan. Memang sih, ada waktu beberapa bulan sebelum wisuda, tetapi saya kekeuh dong mau dapat pekerjaan tetap secepat mungkin.

Wish list saya di tahun 2017 salah satunya itu mendapatkan pekerjaan. Ah, betapa susahnya ternyata mencari dan mendapatkan pekerjaan, tidak semudah yang saya kira. Apalagi IPK saya jauh dibawah cumlaude (tidak sampai 3,3 bahkan) dan prestasi akademik saya tidak menonjol. Tetapi berbekal keyakinan, doa Tiga Kali Salam Maria dan tentunya doa serta restu orang tua (saya yakin 100% ini berkontribusi untuk hal itu) akhirnya saya mendapatkan pekerjaan yang saya inginkan. Itu saja setelah enam bulan berlalu lalang di bursa lowongan pekerjaan.

Kalau saya boleh kasih saran, percaya diri dan sopan santun itu sangat amat sangaaat dibutuhkan dalam mencari pekerjaan. Kalau kamu interview di suatu tempat, usahakan dua hal itu kamu tampilkan, dan jual diri kamu sebisa mungkin. Saya ingin sharing tips dari saya yang sudah berpengalaman mengikuti test psikologi, FGD, interview, dan tes-tes pekerjaan lainnya. Jika dihitung, mungkin ada sekitar 8 perusahaan yang saya apply dan dipanggil untuk berbagai test.

Perusahaan tersebut ada...

1. Mondelez International

2. VIVO Mobile

3. Ernst and Young Indonesia

4. L'Oreal Indonesia

5. KAO Indonesia

6. Kawan Lama Sejahtera

7. PT. Inabata Indonesia  

8. Akasha Wira International Tbk

Saya lupa apakah saya pernah mengikuti test di tempat lain, ahh pokoknya perusahaan-perusahaan yang ada di atas yang paling saya ingat testnya. Untuk rinciannya akan saya share di postingan berikutnya ya.

See you!

Sudah hampir 5 tahun sejak saya mendapatkan SIM pertama saya, yang berarti saya mesti perpanjang SIM. Please beware kalau perpanjang SIM itu HARUS sebelum masa SIM berakhir, kalau tidak kalian mesti mengulang pembuatan baru, which means kalian mesti bayar lebih dan repotnya pasti lebih juga. 

Pertama kali saya coba datang ke Polresta Bekasi, sekitar jam 10.00 WIB saya sampai disana, namun setelah bertanya ke orang-orang ternyata pengurusan perpanjangan SIM sudah dipindah ke Mal Pelayanan Publik yang berada di Lottemart Bekasi Junction. Gak jauh sih, paling sekitar 1,5 km dari kantor Polresta Bekasi. Lantas saya langsung menuju kesana, cuma yaah sayang sekali pengambilan antrian sudah habis sejak pukul 7 pagi! Batin saya, ini orang-orang apa udah kesini dari subuh kali ya? Heeeh. Yasudahlah.

Saya coba cari di internet, ternyata kalau SIM bisa perpanjang dimana saja, asal sudah ada e-KTP. Saya pun memutuskan untuk mengurus perpanjangan SIM A di Gerai SIM Tamini Square, dikarenakan saya gak rela ngantri panjang dan mesti datang pagi banget ke Polresta Bekasi.

Jadwal operasi gerai SIM Tamin Square dimulai dari pukul 12.00 - 20.00 WIB, tapi saya gak yakin sih tok sampe jam 20.00. Jadwalnya dibagi jadi dua gelombang, ada yang siang dan ada yang sore, saya kemarin sampai disana jam 3 sore (berkat izin setengah hari kerja) jadinya dapat yang gelombang kedua. Petugasnya bilang pukul 5 sore sudah dibuka lagi, tapi nyatanya pas saya kembali kesana sekitar pukul setengah 5 sore ternyata sudah ada orang-orang yang mengantri dan mengisi formulir. 

Lantas saya ambil formulir dan mengisinya, cek kesehatan di gerai ala-ala klinik yang ada dekat situ sebesar Rp 25.000, serahin formulir yang udah diisi plus keterangan surat kesehatan itu, lalu bayar biaya asuransi Rp 35.000 kalo gak salah, dan yaak tinggal tunggu giliran dipanggil untuk foto dan scan sidik jari. SIM udah tercetak, tinggal bayar Rp 80.000, selesai deh. 

Total waktu yang habis benar-benar untuk prosesnya mungkin hanya sejam kurang yah. Nyaman dan praktis banget, cumaaaa ya sayang aja gak ada bukti pembayaran dari awal sampe akhir. Not at all. Ya kan jadinya merasa kurang transparan yah kalau menurut saya, cuma balik lagi emang prosesnya cukup cepat sih dan saya gak perlu ngantri.

Btw SIM saya dari Bekasi loh, e-KTP pun juga dari Bekasi, tapi tetap bisa mengurus di Gerai SIM Tamini Square yang areanya DKI Jakarta. Saran saya kalau punya SIM dari luar kota jangan langsung taro ke petugas tapi minta dicek dulu apakah bisa perpanjang di situ atau tidak, baru lanjut ke tahap berikutnya.

Note: