Quarter Life Crisis

22:13

Hi bloggers. Entah kenapa saya merasa seperti "memanfaatkan" platform blogspot ini. Mengapa tanda kutip, karena saya hanya menulis di kala saya butuh. Seperti teman lama yang datang tiba-tiba saat butuh uang, atau butuh bantuan.

Maafkan. Memang semakin dewasa semakin sulit mengatur waktu untuk bisa konsisten.

Dua tahun terakhir (2020 pertengahan sampai sekarang -Juni 2022) hidup saya rasanya gak sama seperti dulu. Dimana saya bisa menemukan kebahagiaan dari hal-hal yang sederhana. Semakin sulit rasanya untuk bisa impressed. Bahkan saat akhirnya bisa membeli barang mahal atau mencoba pengalaman yang kelihatan seru, ternyata berakhir... ya biasa saja. 

Apakah ini yang dinamakan quarter life crisis? Bingung juga saya jawabnya.

Saya tidak menemukan kebahagiaan dari menduduki posisi keren di perusahaan. Mungkin gajinya cukup tinggi untuk seumuran saya. Tapi saya merasa hampa. No, saya rasa saya juga tidak butuh pasangan lawan jenis untuk saat ini. Saya belum tertarik dengan ide berpacaran apalagi pernikahan, dimana kondisi saya yang sedang "krisis" ini tidak ingin membiarkan seorang laki-laki merasa bingung juga dengan saya.

Saya rasa saya terlalu lelah. Semenjak liburan terakhir saya tahun 2019 ke Jepang, I have practically not taken my paid time off well. Tenaga saya masih ada sebenarnya, tapi emosi saya benar-benar terkuras. I am mentally drained. Sungguh, saat ini hanya ingin rehat sejenak. Resign menurut saya jalan yang saya yakini bisa membawa saya ke jalan yang sudah ditentukan Tuhan. 

Tanggal 26 Agustus 2022 adalah terakhir saya bekerja. Belum jelas saya akan istirahat dulu, atau sudah bekerja di tempat lain. Saya rasa opsi pertama yang akan menjadi takdir saya.

Time will answer for sure.

No photo description available.

Photo in 2016, in Seoul, South Korea. One of the happiest moments in my life. Hope this kind of moment can happen again.

You Might Also Like

0 comments

Enter your comment here.